Kamis, 10 November 2011

"Fashobrun jamiilun"

Kesabaran yang baik, adalah dengan mengadukan kesedihan dan kesusahan hanya kepada Allah.

Kesabaran yang baik, adalah dengan tidak pernah berputus asa terhadap rahmat Allah.


Kesabaran yang baik, adalah dengan memohon pertolongan kepada Allah saja.


Maka, sungguh begitu indah dan kokoh kesabaran yang baik itu. Ketika kedukaan, kesusahan, dan kesedihan, tak sempat menggantikan senyum ikhlasnya, dan tak sempat mengeluh dalam hati dan lakunya, kecuali hanya kepada Allah saja.

Ah, mungkin, seorang yang mencoba menceritakan ini, masih sangat jauh dari kesabaran itu. Hanya saja, betapa rindunya ia dan hatinya, untuk menjalani kesabaran yang baik itu.

Masih membekas dalam ingatan saya, kata-kata Seorang Guru. “Kita ini, akan terus diuji.” Sejenak beliau menghela nafas, lalu melanjutkannya. “Kalau Allah mencintai seseorang,” lanjut beliau, “maka ia akan diuji. Semakin cinta Allah padanya, akan semakin diuji. Dengan ujian itu, Allah telah menjanjikan kemuliaan baginya.” Oleh karena itu, kesabaran yang baik adalah sebaik-baik bekal, yang menjaga konsistensi kita bertahan dalam menempuh perjalanan yang dipenuhi ujian.

Maka, bersyukurlah kita, ketika ujian selalu mempertemui kita di sepanjang perjalanan. Karena Allah telah menyiapkan kemuliaan berlipat-lipat bagi mereka yang menjalaninya dengan kesabaran yang baik. Maka, bersyukurlah kita, ketika ujian selalu membersamai kita di sepanjang perjalanan. Karena mungkin saja kita sudah berada di jalur yang benar, jalan yang lurus. “Jalan yang lurus itu, sebenarnya jalan yang banyak syaithan.” Yah, jalan yang lurus itu adalah jalan yang penuh ujian. “Kita perlu curiga”, canda beliau bermekar senyum, “kalau jalan kita gampang-gampang aja. Ini jalan lurus atau bukan??” Hehe.

Alangkah indah ketika kita mencerap dalam-dalam makna kesabaran yang baik dalam kontemplasi dan muhasabah. Sudahkan kita memaknai kata-kata Asy Syafi’i yang secara implisit disampaikannya tadi, bahwa di balik ujian, Allah telah menyiapkan kemuliaan. Sudahkan kita, membekali diri dalam menempuh perjalanan penuh ujian dengan kesabaran yang baik? Ukurannya, masihkan kita sering mengeluh, pernahkan kita berputus asa dariNya, atau telah lelahkan kita untuk terus memohon padaNya?

Inginlah saya berbagi nasihat untuk saudara saya yang lainnya terutama untuk diri saya sendiri. “PEMIMPIN ITU, HARUS SIAP MENANGIS PALING AKHIR.” Ketika yang lainnya menangis, ia tetap tersenyum, menguatkan yang lain bahwa harapan itu masih ada. Ketika yang lainnya menangis, ia mengajak untuk kembali tersenyum, tidak mengeluh, dan tidak berputus asa. Dan ketika ia akhirnya menangis, adalah di tempat yang paling tersembunyi di mana tak seorang pun melihatnya. Di sana ia menangis lebih dalam, setelah menahan kesakitan dan kesedihan di hadapan manusia, hanya kepada Allah saja. Hanya kepada Allah saja. Begitulah, kesabaran yang baik yang harus dimiliki setiap kita, seorang pemimpin. Kesabaran yang masih begitu jauh dari saya, menjadikan kerinduan yang ada tak pernah berbatas dalam saya.


“Sebab, pohon kebesaran suatu ummat hanya dapat tumbuh di taman sejarah yang disirami air mata kesedihan dan darah pengorbanan.” (M. Anis Matta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar